Sebagai umat Muslim, segala bentuk kegiatan dalam kehidupan harus dijalankan sesuai syariat Islam, tidak terkecuali dalam mengatur keuangan. Dalam agama ini, sudah ditetapkan berbagai macam ketentuan dan juga cara mengaturnya.
Adapun tujuan penetapan tersebut ialah supaya umat Islam tidak salah melakukan perhitungan finansial mereka. Sehingga, tidak menimbulkan kerugian dan hidup pun lebih sejahtera. Lalu, bagaimana cara manajemen keuangan menurut Islam?
Konsep Uang Menurut Islam
Hukum Syariah mempunyai banyak aturan yang berpengaruh bagi kehidupan seorang Muslim, sama halnya dengan mengatur keuangan. Seseorang cenderung selalu melakukan segala hal dengan cara halal dan menjauhi semua larangan sesuai aturan terkandung dalam Al-Qur’an maupun hadist.
Menurut hukum Islam, bisa dikatakan bahwa uang tidak mempunyai nilai intrinsik. Akan tetapi, hanya berbentuk nilai saja tanpa memiliki harga. Bisa dikatakan bahwa alat ini sebagai unit pengukuran atau pertukaran yang bukan termasuk aset.
Dengan kata lain, uang mesti dikonversikan menjadi sebuah komoditas agar lebih berguna. Menurut keuangan Islam, benda ini tidak dapat dijadikan alat untuk melipat gandakan. Namun, harus ada produk atau aset yang bisa menghasilkan keuntungan.
Manajemen Keuangan Menurut Islam
Berikut beberapa ulasan mengenai cara memanajemen keuangan dalam Islam, di antaranya:
1. Rumus 1-1-1
Rumus pengelolaan keuangan ini dibuat sekaligus diajarkan oleh Salman Al Farisi, sebagai sahabat nabi. Menurut riwayat hidupnya, dengan uang sebanyak 1 dirham yang dimiliki, Ia memanfaatkannya untuk membuat sebuah anyaman, kemudian dijual sebesar 3 dirham.
Dengan kata lain, mendapatkan keuntungan sebesar 3 dirham. Lalu, beliau pun membagikannya masing-masing 1 dirham dimanfaatkan untuk bersedekah, 1 dirham untuk kebutuhan keluarga dan sisa 1 dirham lagi dipakai kembali sebagai modal usahanya.
Nabi Muhammad SAW menganjurkan umat Islam untuk menerapkan rumus ini dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2. Kurangi Hutang
Umat muslim juga dianjurkan mencatat jumlah pinjaman sekaligus perjanjian yang telah disaksikan orang lain, supaya tidak merugikan salah satu pihak.
Sebenarnya, tidak bisa dipungkiri bahwa utang pinjaman sering kali menyelamatkan Anda dari masalah finansial. Walaupun demikian, agama Islam sangat tidak menganjurkan berhutang (kecuali jika kondisinya darurat).
Kalaupun dalam kondisi darurat, usahakan jangan pernah pinjam uang di bank. Lebih baik pinjam kepada saudara dekat atau keluarga untuk menghindari riba. Mengurangi hutang sangat dianjurkan dalam manajemen keuangan menurut Islam.
Dengan kata lain, jika Anda masih memiliki tunggakan pinjaman sebaiknya segera melunasinya. Ini karena, dalam Islam membayar hutang hukumnya wajib. Bahkan, saat seseorang meninggal tetapi masih berhutang, pihak yang wajib melunasinya yaitu ahli warisnya.
3. Menabung
Bagi kebanyakan orang, menyisihkan sebagian penghasilan untuk menabung mungkin sulit dilakukan. Tidak jarang orang-orang menganggap penghasilannya berkurang, dengan alasan harus ditabung.
Akan tetapi, menabung justru sudah membantu setiap umat manusia dalam mempersiapkan kehidupan di masa mendatang. Seperti yang tertuang dalam hadits H.R Bukhari Muslim yang menganjurkan untuk menyisihkan sebagian harga agar ditabung. Menabung adalah salah satu manajemen keuangan menurut Islam yang juga perlu diperhatikan.
Biasanya manfaat menabung mulai bisa dirasakan saat uang sudah terkumpul banyak. Jika Anda memiliki tabungan, dengan mempunyai cadangan dana bisa dipakai kapan saja saat dibutuhkan.
Dengan kata lain, tabunglah sedikit yang Anda dari sekarang. Bisa menyisihkannya sekitar Rp.100.000,- per minggu, maka dalam setahun uang menjadi Rp.3.600.000,-.
4. Menyisihkan Sebagian Uang untuk Dijadikan Modal usaha
Manajemen keuangan menurut Islam selanjutnya adalah menyisihkan uang. Setiap bulan, sisihkan gaji atau penghasilan Anda untuk membeli aset, investasi atau modal usaha. Agama Islam memang menganjurkan umatnya menjalankan bisnis guna mencari nafkah.
Selain itu, Islam juga menganjurkan Anda untuk menyisihkan sebagian uang sebagai tambahan modal usaha. Namun, jangan sampai keuntungan usahanya dipakai buat keperluan yang bersifat konsumtif.
Sebenarnya, hal yang membedakan antara orang kaya, orang kelas menengah serta orang miskin yaitu, kebanyakan orang kaya lebih memilih aset. Sementara orang di kalangan kelas menengah atau orang miskin lebih memilih menghabiskannya untuk keperluan konsumtif.
Tidak jarang masyarakat di kelas menengah beranggapan bahwa mereka sudah membeli aset, namun sebaliknya justru membeli barang yang bersifat konsumtif atau liabilitas.
Pengertian liabilitas itu sendiri adalah barang yang dapat mendatangkan pengeluaran. Sementara aset merupakan modal atau barang untuk menghasilkan keuntungan. Seperti mengajukan pinjaman pembelian mobil demi menjaga gengsi.
Pada akhirnya, Anda akan terbebani oleh biaya perawatan, hutang dan pengeluaran lainnya. Inilah yang disebut sebagai liabilitas. Sementara aset, misalnya membeli mobil untuk kebutuhan jualan atau barang logistik.
5. Infaq, Zakat dan Sedekah
Mengeluarkan zakat merupakan salah satu poin rukun Islam bagi umat Muslim. Zakat mampu menyucikan harta benda. Hal ini wajib ditunaikan, sebab sebesar 2,5% dari jumlah penghasilan Anda, di dalamnya ada hak fakir miskin.
Sementara sedekah dan infaq juga dianjurkan walaupun bersifat sunah. Dengan mengeluarkan infaq, sedekah dan zakat, Anda sudah membantu fakir miskin di lingkungan sekitar yang memang benar-benar memerlukan bantuan.
6. Hidup Sederhana
Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia sekaligus sosok seorang muslim yang begitu sederhana. Walaupun beliau beserta sang istri Khadjah sudah hidup bergelimang harta, tetapi harta tersebut dipakai untuk membantu orang miskin dan menyebarkan dakwah.
Bagi umat muslim, Anda harus mencontoh perilaku dari Rasulullah SAW. Dimana hidup sederhana ialah awal kebahagiaan. Walaupun ada orang yang beranggapan jika hidup sederhana merupakan hidup serba kekurangan.
Tapi dalam Islam, hidup sederhana ialah gaya hidup tertentu yang bertujuan agar dijauhkan dari sifat tamak dan serakah. Inilah salah satu manajemen keuangan menurut Islam yang menjadikan diri selalu beersyukur. Dengan hidup sederhana kita selalu merasa bersyukur dengan apa yang diberikan serta membentuk mental kaya, karena kita selalu merasa cukup dengan rezeki yang telah diberi.
7. Persiapkan Dana Darurat
Manajemen keuangan menurut Islam juga diperlukan ketika kondisi darurat. Setiap orang, tidak pernah tahu kapan bencana atau musibah akan datang. Maka dari itu, sebaiknya umat muslim selalu berusaha dan berikhtiar untuk mempersiapkan diri menghadapi masa yang akan datang, dengan mengalokasikan dana darurat.
Itulah 7 poin penting dalam manajemen keuangan menurut Islam yang wajib dicontoh, agar hidup tetap berkah dan sejahtera. Semoga bermanfaat.