Kata rezeki bukanlah hal asing di tengah kehidupan umat Muslim. Namun, masih banyak orang yang gagal memahami apa hakikat rezeki itu sendiri. Sebagian dari mereka menganggap bahwa rezeki selalu dalam bentuk uang atau materi. Padahal, ada pengertian rezeki yang barokah dalam pandangan lebih luas.
Para ulama’ memiliki pendapat yang cukup beragam mengenai pengertian rezeki. Namun, mereka bersepakat bahwa rezeki yang diberikan Allah tidak hanya berupa materi. Berikut penjelasan mengenai apa itu rezeki barokah dalam pandangan Islam.
Pengertian Rezeki yang Barokah
Hal utama yang harus dipelajari dalam memahami apa itu rezeki barokah adalah definisi masing-masing katanya. Kata rezeki memiliki arti sesuatu yang bermanfaat, penghidupan serta berbagai hal yang memiliki faedah untuk makhluk hidup. Rezeki juga termasuk bagian karunia dan anugerah dari Allah SWT.
Bahkan, dalam QS. Al-Rum: 40 disebutkan bahwa Allah yang telah menciptakan sekalian manusia, memberikan rezeki kepada mereka, bahkan mematikan serta menghidupkan manusia kembali. Ini merupakan bukti bahwa Allah Maha Suci dan Maha Tinggi.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya tidak hanya berupa materi. Namun, semua hal yang memiliki manfaat dan kebaikan.
Sementara kata berkah sendiri berasal dari Bahasa Arab “al-barokah” yang artinya adalah nikmat. Kata al-barokah sendiri memiliki istilah lain yang dikenal dengan tabaaruk serta mubaarak. Adapun menurut KBBI, berkah adalah segala karunia dari Allah yang mampu mendatangkan kebaikan kepada manusia.
Pengertian berkah menurut Imam Al-Ghazali adalah ziyaadah al-khair yang artinya bertambah kebaikan. Sebagian ulama’ memiliki pandangan bahwa berkah memiliki arti sesuatu yang melimpah dan banyak, baik berupa spiritual maupun material. Misalnya saja ketenangan, harta, anak, kesehatan dan lain sebagainya.
Dari kedua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa rezeki barokah adalah rezeki yang berasal dari Allah, baik berupa material ataupun non-material yang dapat membawa pemiliknya serta orang lain kepada kebaikan. Sudah sepantasnya kita seorng muslim harus mencari rezeki yang halal dan barokah agar mendapatkan ketenteraman dalam hidup.
Ciri-Ciri Rezeki yang Barokah
Tidak semua rezeki yang banyak itu barokah. Sebaliknya, rezeki yang sedikit juga bisa mengantarkan pemiliknya kepada keberkahan. Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari rezeki barokah yang dapat dijadikan bahan pembelajaran.
1. Senantiasa Merasa Cukup dan Bersyukur
Salah satu karakteristik rezeki yang barokah adalah selalu merasa cukup, sekalipun rezeki yang diterima terbilang pas-pasan. Sebaliknya, seseorang yang rezekinya tidak berkah cenderung merasa kurang dan tamak. Meskipun rezeki yang didapatkan melebihi yang lain.
Selain merasa cukup, orang yang mendapat rezeki barokah akan senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah. Bahkan, di dalam Al-Qur’an diperintahkan untuk senantiasa bersyukur, karena bersyukur akan menjadikan rezeki yang barokah dan membentuk mental kaya dalam diri kita.
“Hai orang yang beriman, makanlah kalian dari rezeki baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah hanya kepada Allah”
2. Jiwa Senantiasa Tenang dan Semakin Dekat dengan-Nya
Selain menuntun seorang hamba untuk selalu bersyukur, rezeki yang barokah juga membawa ketenangan kepada pemiliknya. Sebaliknya, rasa khawatir akan dominan ketika seseorang mendapatkan rezeki yang tidak berkah.
Dalam QS. Al-Maidah: 100 dijelaskan mengenai perbedaan antara rezeki yang haram dan halal (yang buruk dan baik). Meskipun sesuatu yang buruk tersebut lebih menarik hati. Oleh karena itu, seorang hamba diperintahkan untuk lebih bertaqwa agar memperoleh keberuntungan dalam hidup.
Jiwa yang tenang lantaran rezeki yang halal dan berkah tersebut akan membawa seseorang untuk lebih dekat dengan-Nya.
3. Memberikan Manfaat kepada Orang Lain
Rezeki yang barokah biasanya tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri atau keluarga. Namun, dapat memberi manfaat dan efek positif kepada banyak orang. Hal ini disebabkan karena sebagian harta seorang muslim itu adalah hak bagi orang lain.
Misalnya seseorang menafkahkan hartanya untuk panti asuhan, menyumbangkan sebagian penghasilan kepada fakir miskin dan masih banyak lagi contoh manfaat rezeki barokah kepada orang lain.
4. Dikaruniai Keluarga yang Harmonis
Karakteristik lain dari rezeki yang barokah adalah memiliki keluarga yang harmonis. Penting untuk disadari bahwa materi tidak selalu mendatangkan kebahagiaan dalam rumah tangga. Tidak sedikit keluarga kaya raya yang rumah tangganya berantakan lantaran tidak harmonis.
Seseorang yang rezekinya berkah dan mendapat ridho Allah, biasanya memiliki keluarga yang bahagia. Misalnya mendapat karunia anak yang sholeh, istri yang menyejukkan hati dan kedamaian yang selalu hadir dalam bahtera rumah tangga.
5. Menjalankan Zakat Ikhlas Karena Allah
Selain beberapa tanda yang dijelaskan di atas, seseorang dengan rezeki berkah akan senantiasa membayar zakat. Tidak hanya pada saat Zakat Fitrah di bulan Ramadhan, namun juga melaksanakan Zakat Maal apabila sudah sampai nisabnya.
Namun, perlu dicatat bahwa zakat yang dilakukan tersebut murni ikhlas karena Allah dan bukan untuk ajang pamer. Harta yang dizakatkan juga harus halal agar semakin membawa keberkahan dalam kehidupan.
6. Semakin Hari Semakin Bertambah
Ada kalanya rezeki yang berkah semakin ditambah karena senantiasa digunakan untuk kebaikan dan kepentingan umat. Fenomena semacam ini sudah sangat sering terjadi di tengah masyarakat. Hal ini disebabkan karena Allah memberikan balasan lebih untuk hamba-Nya yang mau berbagi kebaikan.
Misalnya dengan memanfaatkan sebagian harta untuk kebaikan, bisnis seseorang semakin pesat bahkan mendapatkan banyak investor. Hal ini tidak lain karena kuasa Allah yang bisa melakukan apa saja untuk keberkahan hidup umat-Nya.
Pengertian rezeki yang barokah sangatlah luas. Ketika seseorang dikaruniai hidup yang bahagia, kesehatan, kebaikan dan keselamatan, semua itu sesungguhnya adalah bagian dari keberkahan rezeki. Ia akan membawa dampak baik kepada seseorang bahkan dari arah yang tak disangka-sangka.
5 thoughts on “Pengertian Rezeki yang Barokah”